MUHAMMADIYAH,
NU DAN SALAFI
Oleh :
MK. Ulumudin (Ulum Lepay)
Indonesia
merupakan negara yang kaya akan ideologi, peradaban, pemkiran, dan lain
sebagainya. Perbedaan itu sejatinya menjadi sebuah identitas atau kekayaan
suatu bangsa atas iuran beberapa leluhur (pendahulu) kita di bumi Nusantara (indonesia).
Dari beberapa
berbedaan itu semangat yang dibangun adalah gotong royong bukan hanya
kekeluargaan, bung karno pernah bilang bahwa semangat gotong royong itu
bersifat dinamis sementara kekeluargaan bersifat statis, sehingga perlu bagi
penulis untuk menggunakan istilah gotong royong dalam berbineka di negara
indonesia.
Istilah perbedaan
atau keberagaman ini sering kita sebut dengan pluralisme atau multi
kulturalisme.
Dalam tulisan
ini penulis akan lebih spesifik membahas suatu keberagaman dalam salah satu
agama yang dianut oleh mayoritas penduduk indonesia dan merupakan agama dari
penulis sendiri.
Sebelumnya
banyak diantara kita yang masih keliru tentang ormas islam yang seolah menjadi
suatu aliran atau suatu paham, bahkan ada juga yang menganggap salah satu ormas
islam yang anti sunnah nabi Muhammad SAW. Berangkat dari keresahan itulah
sehingga penulis terketuk pintu hatinya untuk mengajak jemari ini ikut
menerjemahkan alam pikiran penulis kedalam suatu teks yang sesuai dengan
konteks nya serta diiringi pula dengan interpretasi.
Dalam suatu
diskusi di majlis-majlis atau pengajian sering penulis berjumpa dengan
pertanyaan yang mengganggu pikiran penulis sehingga perlu (harus) menjawabnya. Misalnya
“apa berbedaan dari Muhammadiyah dengan
Salafi ? ” ada juga “kenapa muhammadiyah
tidak memakai sunnah nabi Muhammad SAW tidak seperti NU (aswaja) ?” dan ada
pula seperti ini “apa berbedaan Salafi
dengan Muhammadiyah” ? bahkan akhir-akhir ini sering saya jumpai pertanyaan
seperti ini “jika sama-sama islam kenapa
harus berbeda, bukannya itu malah memperpecah islam saja ?”
Kurang lebih
seperti itulah beberapa pertanyaan yang sering menghampiri penulis, Namun
sebelum dijawab tentu kita sadar dengan Wallahu A’lamu Bimuradhih and so... penulis insyaAllah akan coba
menjawab dengan kemampuan terbaik penulis. (insyaAllah)
Sebelum kita
membahas tentang Muhammadiyah, NU dan Salafi. Mari kita mulai dulu dengan
pertanyaan “Apa itu Islam dan Keislaman ?” fiks.
Menurut penulis
simpelnya islam itu merupakan agama yang Rahmatan
Lil’alamin , sementara Keislaman merupakan cara kita menjalankan atau
menggunakan islam (ber-islam). Dan diindonesia ini menurut penulis baik Muhammadiyah,
NU, MA, NW, Persis dan beberapa ormas islam yang lain adalah merupakan
Keislaman bukan Islam (suatu agama).
Selanjutnya
mari kita bahas beberapa pertanyaan inti (diatas) tersebut mengenai
Muhammadiyah, NU dan Salafi.
Muhammadiyah
dan Salafi, tentu kedua hal ini sangat berbeda sifatnya kita harus pahami bahwa
muahmmadiyah itu adalah Ormas atau Jam’iyah yang merupakan saran untuk
mempermudah umat silam dalam beraktifitas sesuai dengan kemudahan yang dia
pilih, misal ada beberapa ormas di indonesia yang memfasilitasi pada dakwah kultural
dan pendidikan. Misal dalam pendidikan membangun sekolah sampe Universitas (kampus)
contonya ada UMJ, UMY, UHAMKA DLL supaya dengan pendidikan tersebut masuk
nilai-nilai keislaman, kalau kultural dengan budaya, dengan pendekatan
kemasyarakatan, membangun rumah sakit dan macam-macam lainnya. Dan juga
mempunyai fokus saat pertama kali didirikan KH. Ahmad Dahlan terinspirasi pada
Syeh Muhammmad Rasyid Ridha dengan nasihat Gurunya yang juga merupakan guru
yang sama dari KH. Hasyim Asyari namanya Syeh Ahmad Khatib Assambasi atau lebih
kita kenal Al-Minangkabawi. Jadi baik KH Ahmad Dahlan maupun KH Hasyim Asyari
sesungguhnya sebelum berangkat ke Mekkah mempunya guru yang sama karena
keduanya bersaudara (seperguruan) belajar pertama di semarang dengan KH Soleh
Darat, kemudian dilihat bahwa keduanya mempunyai potensi dan juga cepat paham
dalam menangkap ilmu sehingga keduanya dianjurkan untuk ke mekkah dalam
menuntut ilmu dan di mekkah nya belajar pada guru yang sama Syah Ahmad Khatib
Assambas atau Al-Minangkabawi.
KH Ahmad dahlan
dahulu namanya Muhammad Darwis, Cuma nanti sepulang dari mekkah dirubah namanya
menjadi Ahmad Dahlan namun Hasyim Asyari tetap dengan nama yang sama. Setelah belajar
pulanglah beliau ke Nusantara (kauman) melihat ada hal-hal yang kurang tepat
dan berlebihan meminta kepada kuburan, memakai sesajen tentunya ini secara
aqidah sudah keliru. Orang menyembah Allah tapi yang dibawa-bawa sapi,
sedangkan yang punya sapinya aja menyembah Allah, sementara banyak masyarakat
yang menyembah binatang, tumbuhan, benda dan lainnya. Maka beliau meluruskan
untuk mempermudah itu agar tidak sendirian maka didirikanlah suatu perkumpulan
atau organisasi Muahmmadiyah untuk memudahkan dakwahnya supaya sampai ke
khalayak dengan baik, missi pertamanya memperbaiki aqidah supaya benar lurus
dan baik, dan sudaranyapun (KH Hasyim Asyari) paham dengan KH Ahmad Dahlan, dan
yang missi yang kedua dengan kultural pendidikan agar lebih pintar, lebih bagus
dan lebih maju secara pemikirannya. Disisi yang lain pun melengkapi misalnya
kemudian NU pun Didirikan itu 14 Tahun setelah muahmmadiyah didirikan, Muhammadiyah
18 November 1912 sementara NU 31 Januari 1926 dengan tujuannya untuk mem Back up
di turof, karena KH Hasyim Asyari sudah mengetahui Saudaranya KH Ahmad Dahlan
berdakwah melalui ormas Muhammadiyah dan tidak ada masalah karena beliau (KH Hasyim
Asyari) sangat paham apa yang dimaksud saudaranya. Buktinya selama 14 Tahun beliau
tidak pernah mendirikan Ormas karena beliau paham dengan KH Ahmad Dahlan. Jadi setelah
KH Ahmad Dahlan wafat pada tahun 1925 setahun setelah itu baru didirikan NU (Nahdlatul
Ulama) untuk memperkuat torofnya atau kitab-kitab klasiknya, karena KH Hasyim
Asyari senang menulis, makanya beliau membuat ormas namanya langsung yaitu Nadhlatul
Ulama kalau KH Ahmad Dahlan itu mendirikan Muhammadiyah supaya dari aqidahnya Muhammad
SAW artinya kembali pada ajaran Nabi Muhammad SAW sementara kalau kata “diyah”
itu Nisbah artinya pengikut, karena menurutnya pengikut nabi Muhammad itu harus
aqidahnya sama, berpikiran lebih maju, mesti pintar, mesti berkembang dan
sebagainya.
Sedangkan
menurut KH Hasyim Asyari kalau semua fokus disitu siapa yang mengembangkan
kitab-kitab turof, pemikiran klasik, maka dibuatlah NU oleh beliau supaya Ulama
nya bisa bangkit juga. Kemudian kalau semuanya ada ulama, ada pendidikan, ada
rumah sakit. Terus yang fokus dalam bidang kajian dakwahnya siapa ? maka terpikirkan
nanti dikemudian hari didirikan Dewan Dakwah yang fokus terhadap Dakwahnya
membangun masji, mengirim Da’i dan sebagainya. Terpikirkan lagi, kalau semuanya
itu muncul lantas bagaimana hubungan dengan saudara-saudara kita (muslim) yang
diluarnya untuk memperkuat aqidah yang baik dan hubungan silaturahim? Maka di
buat pula Al-Irsyad, terus kepikirkan lagi kalau semua beda-beda harus ada yang
menyatukan? Maka didirikanlah Persis (Persatuan Islam) lewat AL-Hasan dan tentunya
beberapa ormas islam yang lain juga dalam pendiriannya sangan ada hubungan
dengan ormas islam lainnya. Ini hanya merupakan wasilah untuk bisa memudahkan
aktifitas kita selaku umat islam di Indonesia dan mohon maaf kalau tidak
terlalu lengkap dalam mengupasnya karena penulis juga menyadari akan kemampuan pengetahuan
penulis yang masih jauh dari sempurna.
Sedangkan
Kalau Salafi itu bukan ormas dan juga bukan mazhab, secara etimologi dari kata
SALAF (manhaj) artinya sesuatu yang lampau, sesuatu yang lalu, kenapa disebut
dengan salaf ? karena kita berusaha untuk beribadah kepada Allah SWT. Saya ada
pertanyaan, cara kita beribadah itu mesti seperti siapa? Tentunya seperti Nabi
Muhammad SAW, kemudian apakah Nabi Muhammad hidup di jaman sekarang atau jaman
dulu ? tentunya di jaman terdahulu. Nah “dulu” itu bahasa arabnya Salaf. Jadi mengikuti
yang terdahulu kalau dalam bahasa arab ujungnya ditambahi huruf “i” atau iyah
nisbah, simpelnya salaf = dulu,. Salafi = mengikuti yang dulu.
Jadi asalnya
salafi itu bukan kelompok, bukan ormas, bukan mazhab. Tapi salafi itu adalah
Manhaj. Satu cara, satu arah, supaya kita dalam beribadah mengikuti yang dulu
yakni Rasulullah SAW yang disampaikan kepada para Sahabat, Tabiin, dan sampai
sekarang. Nah ketika kita mengikuti jalannya Maka cara kita ini disebut dengan
Salafi. Jadi menurut hemat saya sebetulnya semua orang islam itu pasti salafi.
Namun yang
perlu digaris bawahi adalah sifat pengajaran Nabi itu ada dua, pertama ada yang
satu dalilnya dan satu contohnya maka ini artinya tidak boleh beda misalnya anda
mengangkat tangan ketika bertakbir dalam solat, kalau mau di sejajarkan dengan
bahu (al-Bukhori Hadits 735), adalagi yang sejajar dengan telinga (Annasai,
Hadits 1101). Tapi dari kedua contoh tersebut mencohkan dengan satu contoh saja
karena semua manusia (Normal) bisa melakukannya. Karena itu ketika nabi
mencontohkan dengan satu contoh artinya kita tidak boleh berbeda. Dan misalkan
juga tidak ada contoh langsung dalil, contohnya misalkan sehabis solat subuh
tidak ada lagi solat sunnah. Dan sifat yang Kedua ada dalil dan contohnya lebih
dari satu. Misalkan baca bismillah dalam solat ada 4 cara yaitu : 1. Di-Syir
kan 2. Di-Jahr kan 3. Tidak dibaca sema sekali. 4. Dibaca pada rakaat pertama
saja. Jadi artinya tinggal kita memilih mana yang paling nyaman menurut kita. Maka
Imam Syafii meilih Jahr, Imam Hanafi memilih tidak dibaca sama sekali, imam
Maliki juga memilih tidak membacanya, sementara imam Hanbali menengahi antara
yang dibaca dan yang tidak, dibacakan Syir menurut beliau. Dan semua itu ada dalilnya.
Nah saat kita memilih salah satu dari ke 4 tadi itu disebut dengan MAZHAB
singkatan dari “Ma Dzahaba Ilaihi” (apa yang kita pilih/kita ambil) yang 4 itu
disebut dengan manhaj Salafi yang nyambung kepada nabi namun yang memilih salah
satu dari ke 4 tersebut disebut Mazhab.
Jadi dari
keempat imam Mazhab itu semuanya SALAFI.
Yang jadi
persoalan misalnya, Guru yang ini mulai mengajar dan kemudian pindah ke suatu
tempat yang penduduknya belum tahu sama sekali bacaan apakah di anjurkan untuk
memilih semuanya atau pilih salah satu? Pastinya untuk memilih salah satu dari
ke empat tersebut. Kalau diajarkan semuanya jadi bingung umat.
Jadi dalam
suatu daerah atau tempat biasanya memilih salah satu mazhabnya di saudi
misalnya Qatar, Uni Emirate Arab itu bacaannya Bismillah nya di Syir kan, mereka
memilih imam hanbali. Di mesir dan sekitaran afrika memilih di Jahr kan berarti
imam syafii. Kemudian afrika utara lebih ke imam Maliki, kemudian india,
pakistan memilih Hanafi. Jadi harus memilih salah satunya, Dan yang jadi
pertanyaan berikutnya di Indonesia mazhab siapa ? jadi dahulu orang tua kita
itu belajar ada yang ke madinah, mekkah, india, pakistan, mesir, libya,
tunisia. Kemudian pulang kembali ke indonesia. Jadi di indonesia ini selain
beragam ormas dan beragam pula mazhabnya.
Jadi kesimpulan
dari tema pada tulisan ini jelas bahwa Muhammadiyah, NU. MA. NW DLL adalah ormas
islam yang tentunya salafi. Sementara tidak semua salafi itu Muhammadiyah, NU
DLL nya.
Itulah beberapa
uraiannya, penulis dalam hal ini tentunya sangat menyadari bahwa masih
banyaknya kekurangan dan masih jauhnya dari sempurna tentunya masih butuh
masukan dan kritikan untuk membangun kedepannya agar tulisannya lebih baik dan produktif
lagi.
Sumber :
1. 1. Pikiran
saya
2. 2. Ust. Adi Hidayat
Lc, MA.
3. 3. Hasil baca
beberapa literatur yang terkait.
Penulis merupakan Anggota KURMA