Senin, 13 Maret 2017

MUHAMMADIYAH, NU DAN SALAFI



MUHAMMADIYAH, NU DAN SALAFI
Oleh :
MK. Ulumudin (Ulum Lepay)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan ideologi, peradaban, pemkiran, dan lain sebagainya. Perbedaan itu sejatinya menjadi sebuah identitas atau kekayaan suatu bangsa atas iuran beberapa leluhur (pendahulu) kita di bumi Nusantara (indonesia).
Dari beberapa berbedaan itu semangat yang dibangun adalah gotong royong bukan hanya kekeluargaan, bung karno pernah bilang bahwa semangat gotong royong itu bersifat dinamis sementara kekeluargaan bersifat statis, sehingga perlu bagi penulis untuk menggunakan istilah gotong royong dalam berbineka di negara indonesia.
Istilah perbedaan atau keberagaman ini sering kita sebut dengan pluralisme atau multi kulturalisme.
Dalam tulisan ini penulis akan lebih spesifik membahas suatu keberagaman dalam salah satu agama yang dianut oleh mayoritas penduduk indonesia dan merupakan agama dari penulis sendiri.
Sebelumnya banyak diantara kita yang masih keliru tentang ormas islam yang seolah menjadi suatu aliran atau suatu paham, bahkan ada juga yang menganggap salah satu ormas islam yang anti sunnah nabi Muhammad SAW. Berangkat dari keresahan itulah sehingga penulis terketuk pintu hatinya untuk mengajak jemari ini ikut menerjemahkan alam pikiran penulis kedalam suatu teks yang sesuai dengan konteks nya serta diiringi pula dengan interpretasi.
Dalam suatu diskusi di majlis-majlis atau pengajian sering penulis berjumpa dengan pertanyaan yang mengganggu pikiran penulis sehingga perlu (harus) menjawabnya. Misalnya “apa berbedaan dari Muhammadiyah dengan Salafi ? ” ada juga “kenapa muhammadiyah tidak memakai sunnah nabi Muhammad SAW tidak seperti NU (aswaja) ?” dan ada pula seperti ini “apa berbedaan Salafi dengan Muhammadiyah” ? bahkan akhir-akhir ini sering saya jumpai pertanyaan seperti ini “jika sama-sama islam kenapa harus berbeda, bukannya itu malah memperpecah islam saja ?”
Kurang lebih seperti itulah beberapa pertanyaan yang sering menghampiri penulis, Namun sebelum dijawab tentu kita sadar dengan Wallahu A’lamu Bimuradhih  and so... penulis insyaAllah akan coba menjawab dengan kemampuan terbaik penulis. (insyaAllah)
Sebelum kita membahas tentang Muhammadiyah, NU dan Salafi. Mari kita mulai dulu dengan pertanyaan “Apa itu Islam dan Keislaman ?” fiks.
Menurut penulis simpelnya islam itu merupakan agama yang Rahmatan Lil’alamin , sementara Keislaman merupakan cara kita menjalankan atau menggunakan islam (ber-islam). Dan diindonesia ini menurut penulis baik Muhammadiyah, NU, MA, NW, Persis dan beberapa ormas islam yang lain adalah merupakan Keislaman bukan Islam (suatu agama).
Selanjutnya mari kita bahas beberapa pertanyaan inti (diatas) tersebut mengenai Muhammadiyah, NU dan Salafi.
Muhammadiyah dan Salafi, tentu kedua hal ini sangat berbeda sifatnya kita harus pahami bahwa muahmmadiyah itu adalah Ormas atau Jam’iyah yang merupakan saran untuk mempermudah umat silam dalam beraktifitas sesuai dengan kemudahan yang dia pilih, misal ada beberapa ormas di indonesia yang memfasilitasi pada dakwah kultural dan pendidikan. Misal dalam pendidikan membangun sekolah sampe Universitas (kampus) contonya ada UMJ, UMY, UHAMKA DLL supaya dengan pendidikan tersebut masuk nilai-nilai keislaman, kalau kultural dengan budaya, dengan pendekatan kemasyarakatan, membangun rumah sakit dan macam-macam lainnya. Dan juga mempunyai fokus saat pertama kali didirikan KH. Ahmad Dahlan terinspirasi pada Syeh Muhammmad Rasyid Ridha dengan nasihat Gurunya yang juga merupakan guru yang sama dari KH. Hasyim Asyari namanya Syeh Ahmad Khatib Assambasi atau lebih kita kenal Al-Minangkabawi. Jadi baik KH Ahmad Dahlan maupun KH Hasyim Asyari sesungguhnya sebelum berangkat ke Mekkah mempunya guru yang sama karena keduanya bersaudara (seperguruan) belajar pertama di semarang dengan KH Soleh Darat, kemudian dilihat bahwa keduanya mempunyai potensi dan juga cepat paham dalam menangkap ilmu sehingga keduanya dianjurkan untuk ke mekkah dalam menuntut ilmu dan di mekkah nya belajar pada guru yang sama Syah Ahmad Khatib Assambas atau Al-Minangkabawi.
KH Ahmad dahlan dahulu namanya Muhammad Darwis, Cuma nanti sepulang dari mekkah dirubah namanya menjadi Ahmad Dahlan namun Hasyim Asyari tetap dengan nama yang sama. Setelah belajar pulanglah beliau ke Nusantara (kauman) melihat ada hal-hal yang kurang tepat dan berlebihan meminta kepada kuburan, memakai sesajen tentunya ini secara aqidah sudah keliru. Orang menyembah Allah tapi yang dibawa-bawa sapi, sedangkan yang punya sapinya aja menyembah Allah, sementara banyak masyarakat yang menyembah binatang, tumbuhan, benda dan lainnya. Maka beliau meluruskan untuk mempermudah itu agar tidak sendirian maka didirikanlah suatu perkumpulan atau organisasi Muahmmadiyah untuk memudahkan dakwahnya supaya sampai ke khalayak dengan baik, missi pertamanya memperbaiki aqidah supaya benar lurus dan baik, dan sudaranyapun (KH Hasyim Asyari) paham dengan KH Ahmad Dahlan, dan yang missi yang kedua dengan kultural pendidikan agar lebih pintar, lebih bagus dan lebih maju secara pemikirannya. Disisi yang lain pun melengkapi misalnya kemudian NU pun Didirikan itu 14 Tahun setelah muahmmadiyah didirikan, Muhammadiyah 18 November 1912 sementara NU 31 Januari 1926 dengan tujuannya untuk mem Back up di turof, karena KH Hasyim Asyari sudah mengetahui Saudaranya KH Ahmad Dahlan berdakwah melalui ormas Muhammadiyah dan tidak ada masalah karena beliau (KH Hasyim Asyari) sangat paham apa yang dimaksud saudaranya. Buktinya selama 14 Tahun beliau tidak pernah mendirikan Ormas karena beliau paham dengan KH Ahmad Dahlan. Jadi setelah KH Ahmad Dahlan wafat pada tahun 1925 setahun setelah itu baru didirikan NU (Nahdlatul Ulama) untuk memperkuat torofnya atau kitab-kitab klasiknya, karena KH Hasyim Asyari senang menulis, makanya beliau membuat ormas namanya langsung yaitu Nadhlatul Ulama kalau KH Ahmad Dahlan itu mendirikan Muhammadiyah supaya dari aqidahnya Muhammad SAW artinya kembali pada ajaran Nabi Muhammad SAW sementara kalau kata “diyah” itu Nisbah artinya pengikut, karena menurutnya pengikut nabi Muhammad itu harus aqidahnya sama, berpikiran lebih maju, mesti pintar, mesti berkembang dan sebagainya.
Sedangkan menurut KH Hasyim Asyari kalau semua fokus disitu siapa yang mengembangkan kitab-kitab turof, pemikiran klasik, maka dibuatlah NU oleh beliau supaya Ulama nya bisa bangkit juga. Kemudian kalau semuanya ada ulama, ada pendidikan, ada rumah sakit. Terus yang fokus dalam bidang kajian dakwahnya siapa ? maka terpikirkan nanti dikemudian hari didirikan Dewan Dakwah yang fokus terhadap Dakwahnya membangun masji, mengirim Da’i dan sebagainya. Terpikirkan lagi, kalau semuanya itu muncul lantas bagaimana hubungan dengan saudara-saudara kita (muslim) yang diluarnya untuk memperkuat aqidah yang baik dan hubungan silaturahim? Maka di buat pula Al-Irsyad, terus kepikirkan lagi kalau semua beda-beda harus ada yang menyatukan? Maka didirikanlah Persis (Persatuan Islam) lewat AL-Hasan dan tentunya beberapa ormas islam yang lain juga dalam pendiriannya sangan ada hubungan dengan ormas islam lainnya. Ini hanya merupakan wasilah untuk bisa memudahkan aktifitas kita selaku umat islam di Indonesia dan mohon maaf kalau tidak terlalu lengkap dalam mengupasnya karena penulis juga menyadari akan kemampuan pengetahuan penulis yang masih jauh dari sempurna.
Sedangkan Kalau Salafi itu bukan ormas dan juga bukan mazhab, secara etimologi dari kata SALAF (manhaj) artinya sesuatu yang lampau, sesuatu yang lalu, kenapa disebut dengan salaf ? karena kita berusaha untuk beribadah kepada Allah SWT. Saya ada pertanyaan, cara kita beribadah itu mesti seperti siapa? Tentunya seperti Nabi Muhammad SAW, kemudian apakah Nabi Muhammad hidup di jaman sekarang atau jaman dulu ? tentunya di jaman terdahulu. Nah “dulu” itu bahasa arabnya Salaf. Jadi mengikuti yang terdahulu kalau dalam bahasa arab ujungnya ditambahi huruf “i” atau iyah nisbah, simpelnya salaf = dulu,. Salafi = mengikuti yang dulu.
Jadi asalnya salafi itu bukan kelompok, bukan ormas, bukan mazhab. Tapi salafi itu adalah Manhaj. Satu cara, satu arah, supaya kita dalam beribadah mengikuti yang dulu yakni Rasulullah SAW yang disampaikan kepada para Sahabat, Tabiin, dan sampai sekarang. Nah ketika kita mengikuti jalannya Maka cara kita ini disebut dengan Salafi. Jadi menurut hemat saya sebetulnya semua orang islam itu pasti salafi.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah sifat pengajaran Nabi itu ada dua, pertama ada yang satu dalilnya dan satu contohnya maka ini artinya tidak boleh beda misalnya anda mengangkat tangan ketika bertakbir dalam solat, kalau mau di sejajarkan dengan bahu (al-Bukhori Hadits 735), adalagi yang sejajar dengan telinga (Annasai, Hadits 1101). Tapi dari kedua contoh tersebut mencohkan dengan satu contoh saja karena semua manusia (Normal) bisa melakukannya. Karena itu ketika nabi mencontohkan dengan satu contoh artinya kita tidak boleh berbeda. Dan misalkan juga tidak ada contoh langsung dalil, contohnya misalkan sehabis solat subuh tidak ada lagi solat sunnah. Dan sifat yang Kedua ada dalil dan contohnya lebih dari satu. Misalkan baca bismillah dalam solat ada 4 cara yaitu : 1. Di-Syir kan 2. Di-Jahr kan 3. Tidak dibaca sema sekali. 4. Dibaca pada rakaat pertama saja. Jadi artinya tinggal kita memilih mana yang paling nyaman menurut kita. Maka Imam Syafii meilih Jahr, Imam Hanafi memilih tidak dibaca sama sekali, imam Maliki juga memilih tidak membacanya, sementara imam Hanbali menengahi antara yang dibaca dan yang tidak, dibacakan Syir menurut beliau. Dan semua itu ada dalilnya. Nah saat kita memilih salah satu dari ke 4 tadi itu disebut dengan MAZHAB singkatan dari “Ma Dzahaba Ilaihi” (apa yang kita pilih/kita ambil) yang 4 itu disebut dengan manhaj Salafi yang nyambung kepada nabi namun yang memilih salah satu dari ke 4 tersebut disebut Mazhab.
Jadi dari keempat imam Mazhab itu semuanya SALAFI.
Yang jadi persoalan misalnya, Guru yang ini mulai mengajar dan kemudian pindah ke suatu tempat yang penduduknya belum tahu sama sekali bacaan apakah di anjurkan untuk memilih semuanya atau pilih salah satu? Pastinya untuk memilih salah satu dari ke empat tersebut. Kalau diajarkan semuanya jadi bingung umat.
Jadi dalam suatu daerah atau tempat biasanya memilih salah satu mazhabnya di saudi misalnya Qatar, Uni Emirate Arab itu bacaannya Bismillah nya di Syir kan, mereka memilih imam hanbali. Di mesir dan sekitaran afrika memilih di Jahr kan berarti imam syafii. Kemudian afrika utara lebih ke imam Maliki, kemudian india, pakistan memilih Hanafi. Jadi harus memilih salah satunya, Dan yang jadi pertanyaan berikutnya di Indonesia mazhab siapa ? jadi dahulu orang tua kita itu belajar ada yang ke madinah, mekkah, india, pakistan, mesir, libya, tunisia. Kemudian pulang kembali ke indonesia. Jadi di indonesia ini selain beragam ormas dan beragam pula mazhabnya.
Jadi kesimpulan dari tema pada tulisan ini jelas bahwa Muhammadiyah, NU. MA. NW DLL adalah ormas islam yang tentunya salafi. Sementara tidak semua salafi itu Muhammadiyah, NU DLL nya.
Itulah beberapa uraiannya, penulis dalam hal ini tentunya sangat menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dan masih jauhnya dari sempurna tentunya masih butuh masukan dan kritikan untuk membangun kedepannya agar tulisannya lebih baik dan produktif lagi.

Sumber :
1.      1.  Pikiran saya
2.      2. Ust. Adi Hidayat Lc, MA.
3.      3. Hasil baca beberapa literatur yang terkait.

Penulis merupakan Anggota KURMA                                    


1 komentar:

  1. Assalamu 'alaykum..
    Bahasan yg menarik,simple,mudah d pahami,dan jelas arahnya.
    Memang bangsa kita adalah bangsa yang kaya,berlimpah ni'mat,tapi sayangnya masih terhitung sedikit sekali kesadaran dari kita dalam mengaplikasiannya. Khususnya kesadaran ilmu dan amal (gotong royong).
    Sehingga tak jarang dewasa ini masyarakat kita gampang sekali terprovokasi oleh diri sendiri dan orang lain.
    Jadi, bahasan2 seperti ini memang perlu.
    Hanya saja saran saya, alangkah baiknya jika penulis lebih detil dalam hal definisi tiap ormas. Tidak hanya merujuk kepada secara lugot/etimologi. Tetapi juga menjelaskan secara istilah/terminologi, menjelaskan wadhi'/pendirinya, dasar pemikiranya, dlsb agar pembaca lebih paham akan sudut perbedaan dan titik temunya ormas2 trsbut. Sehingga dlm bersosial bangsa bisa bertemu di satu ti2k. Tapi dlm hal ibadah dan ubudiyah harus konsisten dg madzhab yg di anut tapi tdk serta merta menyalahkan yg lain (kerna paham sudut perbedaanya). Agar tdk terjadi talfik yg di larang dlm HABLUN MINALLOH.
    Secara keseluruhan tulisan penulis adalah sebuah karya emas yg lahir dari semangat GOTONG ROYONG yg patut mendapatkan apresiasi.
    Mudah2an tulisan penulis menjadi satu jariah yg mengalirkan semangat kebersamaan kpd pembaca & terus mengalirkan pahala dari YANG MAHA KUASA. Amin.

    جزاكم الله أحسن الجزاء
    Salam GOTONG ROYONG sing cirumpak.

    NB: ngetike aja buru2.. ��

    BalasHapus